[OPINI] Kenapa Produsen Smartphone Kini Ramai-Ramai Tambah Kapasitas Baterai?

Baterai: Komponen yang Lama Tak Tersentuh Inovasi

https://formationsantedroit.org/ Selama bertahun-tahun, baterai menjadi salah satu bagian dari smartphone yang paling minim perubahan. Kapasitas 5000mAh seperti sudah menjadi standar tetap di berbagai perangkat, terlepas dari seberapa besar peningkatan pada chipset, kamera, atau layar.

Namun, belakangan ini, kita mulai melihat produsen smartphone mencoba mendorong batas kapasitas baterai, menghadirkan model-model dengan baterai 6000mAh atau bahkan lebih besar—tanpa membuat perangkat jadi lebih tebal. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: kenapa tiba-tiba produsen berlomba menanamkan baterai jumbo di perangkat mereka?

Inovasi Teknologi Baterai Akhirnya Bergerak

Brand-brand asal Tiongkok seperti Xiaomi, Realme, dan lainnya mulai berani menyematkan baterai besar di smartphone mereka. Hal ini tidak lepas dari teknologi baterai terbaru berbasis Silicon-Carbon yang memungkinkan peningkatan kapasitas tanpa mengorbankan desain perangkat.

Meski demikian, jika dibandingkan dengan laju perkembangan prosesor dan kamera yang nyaris selalu naik setiap tahun, teknologi baterai sempat mengalami stagnasi yang cukup lama. Baru sekarang kita melihat potensi terobosannya.

Kenapa Kapasitas 5000mAh Kini Dianggap Kurang?

1. Konsumen Ingin Baterai Tahan Seharian

Hampir semua orang kini bergantung penuh pada smartphone untuk kebutuhan sehari-hari—mulai dari hiburan, komunikasi, sampai pekerjaan. Karena itu, banyak pengguna yang merasa tidak nyaman jika harus sering mengisi daya. Walaupun teknologi fast charging berkembang pesat, daya di atas 100W masih belum jadi standar umum. Di sisi lain, sebagian orang ragu dengan keamanan pengisian daya super cepat.

Solusinya? Ya, baterai dengan kapasitas lebih besar, agar pengguna bisa menggunakan perangkat seharian penuh tanpa terganggu.

2. Chipset Semakin Bertenaga, Tapi Juga Rakus Daya

Chip terbaru memang semakin efisien dalam kondisi tidak aktif (idle). Namun, saat digunakan secara maksimal—seperti untuk gaming, rekam video 4K, atau proses AI—chipset tersebut tetap membutuhkan konsumsi daya besar. Jika kapasitas baterainya masih sama seperti sebelumnya, artinya pengguna akan lebih sering mengecas perangkatnya.

3. Game Mobile Butuh Durasi Main Lebih Panjang

Industri game mobile semakin besar dan menuntut durasi bermain yang lebih lama. Judul-judul seperti Genshin Impact, Wuthering Waves, hingga Zenless Zone Zero menawarkan kualitas grafis tinggi yang tentu saja menyedot daya baterai secara signifikan. Jika produsen ingin menyasar pasar gamer, baterai besar menjadi kebutuhan utama.

4. Layar Lebih Terang dan Refresh Rate Tinggi

Layar menjadi salah satu komponen paling boros daya. Kini, smartphone tidak hanya membawa layar dengan refresh rate 120Hz atau lebih tinggi, tapi juga tingkat kecerahan yang bisa melampaui 2000 nits. Akibatnya, waktu layar aktif (screen-on time) menurun drastis jika tidak diimbangi dengan baterai besar.

5. Jaringan 5G Konsumsi Daya Lebih Besar

Walaupun konektivitas 5G belum merata di Indonesia, di negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, 5G sudah menjadi hal umum. Sayangnya, teknologi ini diketahui cukup boros baterai. Untuk pengguna yang berada di jaringan 5G secara terus-menerus, daya tahan baterai menjadi masalah yang nyata.

6. Daya Tarik Marketing di Tengah Inovasi yang Jenuh

Saat ini, smartphone bisa dibilang sudah sangat matang. Inovasi besar terasa semakin langka dan sebagian fitur baru kadang hanya dianggap sebagai gimmick. Di sinilah produsen menggunakan baterai besar sebagai nilai jual tambahan. “Baterai 6000mAh” terdengar lebih menarik ketimbang sekadar peningkatan minor di fitur lain.

Penutup: Apakah Ini Tren yang Akan Bertahan Lama?

Peningkatan kapasitas baterai bukan sekadar tren semusim. Dengan gaya hidup yang semakin mobile, dan berbagai aktivitas berat yang kini dilakukan lewat smartphone, kebutuhan akan baterai yang besar memang masuk akal.

Namun, ke depan, bukan tidak mungkin kita akan melihat inovasi baterai yang lebih revolusioner lagi—entah dari sisi material, efisiensi, atau bahkan baterai yang bisa terisi penuh dalam hitungan detik.